Cerita Tiga Cinta

        Inilah cerita tiga cinta. Cerita tentang tiga hal atau ruang yang banyak meminta waktu, tenaga, pikiran, dan uang pada yang melakoninya. Cerita tentang tiga proses yang pada gilirannya membentuk seseorang dengan kualifikasi berbeda dengan yang lain. Cerita tentang tiga sebab atau cara yang membuat seseorang memiliki kesempatan untuk dapat tampil sebagai dirinya yang baru (karena tersublimkan dengannya) dan menjalani hidup ini relatif lebih mudah daripada yang lain. Cerita tentang tiga ranah yang memungkinkan orang melakoninya punya kesempatan untuk menggenapkan wilayah pengabdiannya. Inilah cerita tentang pendidikan, hobi, dan pengalaman.

Kesan apa yang umumnya hadir dalam benak kita manakala bertemu dengan seseorang yang sukses di bidangnya atau tatkala membaca biografi orang sukses? Informasi apa sebenarnya yang ingin kita peroleh dari situ? Setidaknya kita sepakat tentang sejumlah hal: apa yang membuatnya sukses, mengapa ia bisa sukses, siapa yang membantunya sukses, kapan dan di mana kesuksesannya bermula, dan bagaimana caranya mencapai kesuksesan.

Apa yang membuatnya sukses? Setidaknya, ada tiga aspek penting yang berkelindan dan saling berkontribusi dalam menunjang kesuksesan seseorang: pendidikan, minat (hobi), dan pengalaman.

Pendidikan yang Mengarahkan

Sejumlah orang sukses dengan kariernya karena disiplin ilmu yang ditekuninya. Pendidikan adalah sarana utama untuk menemukan, mengembangkan, dan memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki manusia. Dalam proses pendidikan manusia dibekali dengan ilmu, pengetahuan, konsep, nilai, dan keterampilan penting sebagai media untuk menjalani kehidupannya. Sejumlah konsep, pendekatan, metodologi, dan teknik diperkenalkan dan diajarkan kepada mereka agar pada titiknya nanti mereka cukup matang untuk tampil sebagai diri sendiri sesuai proses pengembangan dan kecenderungan dirinya.

Pendidikan dapat menjadi pintu masuk yang efektif menuju ranah pengabdian. Dalam dunia pendidikan (apalagi pendidikan tinggi), seseorang menjalani proses penguasaan sejumlah teori dan implementasi pada satu disiplin. Dalam proses itulah aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif seseorang distimulasi agar muncul untuk kemudian diasah dan dikembangkan secara maksimal. Modal dasar itulah yang secara langsung (dan tidak) membentuk hampir seluruh perangkat pengetahuan dan nilai yang akan menjadi aspek penting dalam pembentukan karakter dan keilmuan seseorang.

Istilah profesional bisa jadi muncul dari sini: kesesuaian antara bidang ilmu yang ditekuni dengan jenis pekerjaan yang sekarang dilakoninya. Pekerjaanya related dengan pendidikannya. Orang kemudian menyebutnya profesi. Seorang yang bekerja sebagai dokter, pasti kuliahnya di pendidikan dokter, karena yang kuliah di fakultas kedokteran tidak semuanya dokter. Adakah orang yang kuliahnya pendidikan dokter tetapi kerjanya di bidang lain? Banyak sekali. Tetapi, seseorang yang profesinya dokter pasti ia alumnus pendidikan dokter. Seseorang yang kerjanya mengemudikan pesawat terbang, pasti latar belakang pendidikannya dari sekolah penerbang atau pilot. Kalau ditanya, apakah ada orang yang kuliahnya di sekolah penerbang tetapi tidak jadi pilot? Banyak sekali. Lalu, adakah orang yang pekerjaannya menerbangkan pesawat terbang tapi tidak kuliah atau sekolah di sekolah pilot? Saya yakin Anda tidak ingin membayangkannya.

Lalu, akan halnya guru? Apakah semua guru adalah alumni perguruan tinggi yang khusus mendidik guru? Tidak selalu. Banyak sekali yang hari ini melakoni pekerjaan sebagai guru sesungguhnya berasal dari bidang keilmuan yang lain. Lalu, apakah kita bisa mengatakan mereka yang tidak berasal dari sekolah guru kurang atau tidak professional? Sampai di sini Anda pasti akan diminta untuk mawas diri. Jangan-jangan sejumlah guru yang telah membentuk Anda seperti sekarang tidak semua alumni pendidikan guru. Jangan-jangan yang pantas dan tepat jadi guru adalah mereka yang memang bercita-cita, mencintai, dan rela berkorban untuk profesi guru. Namun, di fase ini, Anda bisa saja membayangkan anak Anda di sekolah diajar oleh mereka yang tidak pernah mendapat pendidikan guru. Bisa membayangkannya, kan? Nampaknya ini lebih mungkin daripada membayangkan terbang dengan orang yang tidak pernah dididik di sekolah pilot. Benar begitu?

Hobi yang Menginspirasi

Hobi mulanya hanya aktivitas opsional. Namun, pada saat tertentu bisa menjadi begitu dominan. la akan lebih mendapat alokasi waktu, tenaga, dan atensi daripada yang lainnya. Pada wilayah yang berhubungan dengan karier dan pekerjaan, sangat boleh jadi hobi ini menjadi salah satu opsi menarik. Sejumlah fenomena menunjukkan bahwa pekerjaan seseorang sesungguhnya bukanlah sesuatu yang menarik perhatiannya dan mendapatkan seluruh passionnya. Mereka bekerja lebih didorong oleh sesuatu di luar dirinya dan itu tidak banyak melibatkan seluruh minatnya dalam bidang tersebut.

Nah, hobi yang sangat dominan pada diri seseorang bisa menjadi kekuatan tersendiri dan menjadi penentu dalam pengambilan keputusan perihal pekerjaan dan karier. Bahkan menariknya, hobi mampu "menyedot" sedemikian besar atensi utama seseorang atas sebuah pekerjaan. Passion seseorang pun pada akhirnya menemukan muaranya karena terpuaskan oleh aktivitas hobi yang sekarang telah menjadi pilihan usaha dan pengabdiannya. Dalam hobi, tidak sedikit orang menemukan "dirinya". Dengan demikian, mereka akan lebih antusias dan bersemangat dalam bekerja.

Sejumlah hal perlu kita lakukan agar hobi kita tidak sekadar "pembunuh waktu senggang", tetapi sebuah aktivitas yang mampu memperlihatkan "siapa kita di dunia yang kita cintai". Pertama, kenali dengan sungguh-sungguh apa hobi dominan kita. Dengan demikian, bila nanti kita hubungkan dengan peluang usaha, itu memang sesuatu yang benar-benar kita cintai. Melakukan segala aktivitas untuk sesuatu yang kita cintai akan membuat kita senang. Bukankah ini awal yang sangat baik?

Kedua, tekuni hobi tersebut sehingga kita menjadi yang terbaik di bidang itu. Menjadi yang terbaik adalah ekspresi dan pencapaian. Allah telah memberikan kelengkapan paripurna untuk itu. Peranti keras dan lunak siap diaktifkan. Mari kita pelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan hobi kita. Mari kita masuk dalam ranah pencapaian pengetahuan dan keterampilan tentang hal itu secara sungguh-sungguh. Tidak ada yang dapat mengalahkan itu.

Ketiga, buat peta pikiran (mind-map) keterkaitan hobi Anda dengan bidang usaha yang akan dijalankan. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat menjembatani hobi dengan peluang usaha. Kesempatan ini sejatinya menuntut kita untuk jeli dan jujur mengukur derajat kemungkinan hubungan tersebut sehingga akan melahirkan keyakinan bahwa hubungan itu boleh dilanjutkan dan dapat kita tekuni. Yang menarik di sini adalah ketika secara sadar kita melihat apakah yang kita pikirkan adalah juga yang dipikirkan dan dibutuhkan orang lain? Meskipun demikian, pertanyaan itu tidak selalu harus berbanding lurus dengan kecenderungan di luar sana. Ketika suatu nilai mampu kita lekatkan pada sebentuk hasil dari sebuah proses pemaknaan maka pada dasarnya kita sedang menciptakan pasar sendiri.

Untuk itu, mari kita pertimbangkan. Marketable atau tidak. Apakah hobi kita disukai dan dibutuhkan orang lain? Cukup punya pasarkah hobi yang kita kembangkan? Bila ya, maka itu artinya kita boleh melenggang dengan nyaman di trek lurus. Bila tidak? Ini tantangan menarik. Tentunya, bukan saja kita mesti menginjak pedal gas lebih dalam di trek lurus, tetapi juga mesti pandai meliuk-liuk dalam trek yang bisa jadi berkelok. Selain itu, apakah tetap menarik ditekuni dalam jangka panjang. Waktu memberikan penilaian dan ujian sesungguhnya. Bila dalam rentang waktu tertentu hobi yang kita tekuni tetap memberi kekuatan, itu satu tanda menarik.

Keempat, membuat rencana usaha yang membumi untuk dijalani. Secara mental, konsep yang hadir dalam pikiran mesti kita hubungkan dengan konstruksi yang lebih operasional. Karena, apa yang akan kita kerjakan ada pada tataran aktivitas dan riil. Sejumlah aktivitas yang dapat kita rencanakan selain yang telah kita sebutkan di atas antara lain: pertama, belajar dari mentor-mentor yang telah sukses di bidangnya. Belajar dari trek yang telah ditempuh orang sukses adalah salah satu cara belajar yang efektif. Kedua, bergabung dan aktif di komunitas yang mewadahi hobi yang ditekuni. Saling berbagi dalam semangat kebersamaan dan kesetaraan sangat banyak manfaatnya. Ketiga, rajin berpromosi. Memperkenalkan suatu produk atau jasa adalah hal lumrah dan wajar. Apalagi dari sesuatu yang belum dikenal masyarakat. Orang akan mencoba setelah mengenal.

Pengalaman yang Meneguhkan

Pengalaman yang mampu menghadirkan peluang adalah pengalaman yang secara sadar kita tempatkan sebagai bagian dari dunia kita. Kita harus selalu berusaha menyiapkan diri untuk bertemu dengan pelbagai pengalaman. Tidak jarang, "cikal" pengalaman itu juga merupakan sesuatu yang dapat kita kendalikan. Pengalaman sering kali menjadi pembeda. Mereka yang berpengalaman akan memiliki peluang lebih besar daripada yang tidak meskipun berasal dari kampus dan jurusan yang sama. Oleh karena itu, program magang di medan yang riil menjadi inisiasi berikutnya agar pendatang baru memahami dunia kerja yang sesungguhnya. Dengan demikian terjadi dialektika antara teori yang diperoleh di kampus dengan pengalaman riil dunia kerja. Hasil positif dari relasi ini diharapkan menghasilkan tipikal pekerja yang utuh.

Di ranah minat, pengalaman menekuni dan melewati setiap fase dalam proses tumbuh dan berkembang memberikan kesempatan untuk semakin menguasai bidangnya. Pengalaman bertanding, berlomba, pameran, promosi, pameran, konser, bahkan berhasil melewati sejumlah kasus dengan baik, akan menjadi modal berharga. Mereka yang memiliki banyak jam terbang berpeluang menjadi maestro. Mereka yang melakukan penetrasi dan menguasai pasar secara efektif akan keluar sebagai pemenang.

Keterlibatan secara intens akan membuahkan pengalaman unik pada diri seseorang. Proses belajar dari pengalaman harian selama bertahun-tahun akan menumbuhkan dan mengembangkan daya intuisi (dalam sejumlah ujaran disebut insting bisnis) pada diri seseorang dalam bidang tertentu. Pengetahuan semacam itu diperolehnya secara alamiah karena menjadi bagian dari irama hidupnya sehari-hari. Tidak heran, kita kerap mendengar bagaimana bisnis keluarga dapat diteruskan turun-temurun: toko kelontong, pengusaha angkot, toko material, catering dan penyewaan alat-alat pesta, show room dan rental mobil, atau termasuk sejumlah usaha yang sebenarnya membutuhkan keterampilan khusus, misalnya bengkel (motor, mobil, alat elektronik), butik, peternakan atau agroindustri (perkebunan). Demikianlah, pengalaman tidak berjarak itu bermetamorfosis menjadi bangunan pengetahuan dan keterampilan tersendiri dalam diri seseorang.

Akhirnya, inilah cerita tiga cinta: pendidikan (disiplin ilmu), hobi dan pengalaman adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipilah dan dipisahkan dari yang lain. Tidak ada orang sukses hanya karena pendidikannya an sich. Pada saat yang sama ia juga perlu atmosfer pengalaman agar ilmunya aplikatif dan punya nilai jual. Tidak ada hobi yang tiba-tiba memiliki nilai jual tanpa ditunjang oleh penguasaan bidang itu secara baik dan dikerjakan sepenuh hati. Proses belajar, baik formal maupun nonformal, tetaplah penting. Dengan demikian, setiap individu menghargai setiap fase dalam kehidupannya secara proporsional, karena kesuksesan adalah akumulasi dari setiap pencapaian terbaik dalam semua proses tersebut.

Wallahu a’lam bi al-shawab.

Depok, Juni 2024

 

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form