Menemani Santri Merancang Masa Depan

       Apa maksudnya menemani santri merancang masa depan? Memangnya, seberapa penting merencanakan atau merancang masa depan? Kalau tidak dirancang, apakah kita tidak akan punya masa depan? Lalu, apa hubungannya dengan santri? Mengapa pula santri penting merencanakan masa depannya? Sejumlah pertanyaan itu muncul ketika kita ingin menghadirkan sebuah aktivitas yang mampu memberikan tawaran pola asistensi yang dapat menstimulasi para gen-z untuk mau melihat potensi diri dan memikirkan dengan serius rancangan masa depan yang mereka inginkan.

Spiritnya adalah membekali para murid atau santri dengan sejumlah pemahaman tentang pentingnya sikap positif terhadap diri sendiri; Mampu melihat dan menemukan potensi; Berani dan mau menuliskan daftar impian; Mampu melihat peluang; Memahami pentingnya fokus; Menyadari bahwa masa depan adalah sebuah proses; Mampu membuat peta hidup sebagai peta navigasi hidup. Kebutuhan ini dirasakan mendesak untuk diberikan agar ketika memasuki semester lanjut di SMA atau Aliyah mereka telah memiliki bekal bagaimana seharusnya mereka menyikapi berbagai aktivitas yang pasti akan melibatkan mereka, baik secara pribadi maupun kelompok. Untuk itulah, setiap murid harus sudah punya peta navigasi agar mereka tetap fokus pada tahapan-tahapan pencapaian yang terukur dan realistis meskipun aktif di berbagai aktivitas dan kesibukan di pondok.

Masa depan adalah the prospective or potential condition of a person or thing, esp the chance of achieve, succeed, etc (David B. Guralnik (ed). Webster’s New World Dictionary of The American Language. New York: The World Publishing Company, 1970: 568). Dengan demikian, seorang murid yang cerdas adalah mereka yang tidak akan melakukan aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan kontruksi masa depan yang telah dirancangnya. Persoalannya kemudian adalah apakah saat ini murid atau santri kita telah punya rancangan masa depan yang ingin diwujudkan?

"If you fail to plan, you are planning to fail!", begitu kata Benjamin Franklin. Ia menekankan pentingnya memiliki rencana yang matang untuk mencapai kesuksesan. Perencanaan adalah aspek fundamental dalam mencapai tujuan dan mengatasi tantangan. Seorang murid atau santri yang gagal merencanakan jadwal belajarnya dan lalai mempersiapkan ujian kemungkinan besar akan mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya, mereka yang membuat rencana belajar, mengatur waktunya secara efektif, dan menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap mata pelajaran, kemungkinan besar akan unggul dalam belajarnya. Demikian pula dengan masa depan.

Setiap Kita Unik

Program ini memberikan motivasi dan asistensi kepada para santri untuk mengenali potensi, mendaftarkan impian dan peluang, menetapkan fokus, dan merancang peta hidup mereka. Mari kita diskusikan materi yang dapat kita berikan kepada para murid dan santri kita dalam merancang masa depan mereka. Pertama, audit potensi. Inilah titik berangkat. Dilandasi kesadaran penuh bahwa setiap orang unik dan diberikan potensi dasar yang sama oleh Allah berupa pendengaran, penglihatan, dan hati nurani (QS. An-Nahl (16): 78, QS. Al-Mu’minun (23): 78, dan QS. Al-Mulk (67): 23). Potensi dasar itulah yang menjadi modal utama setiap anak manusia untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan masing-masing dengan bantuan orang-orang terdekatnya. 

Lalu, bagaimana para murid dan santri mengenali potensinya. Ada sejumlah hal yang bisa kita kenali apa yang menjadi potensi dan keunggulan mereka.  

1.     Ajak para murid dan santri kita mengingat dan mencatat semua aktivitas yang benar-benar mereka sukai. Dasarnya adalah suka. Sesuatu yang disukai biasanya akan membuat mereka nyaman, bergairah, dan antusias melakukannya.

2.    Karena disukai, mereka sering tidak terlalu peduli, apakah mereka dapat imbalan atau tidak ketika melakukannya. Kepuasan batin menjadi ukuran.

3.    Aktivitas itu sangat mudah dilakukan sedangkan orang lain kesulitan. Santri yang berbakat menyanyi, baru tarik napas saja sudah merdu. Padahal, ada yang sudah tarik urat leher suaranya tetap saja fals (sumbang).

4.    Semakin sering dilakukan, mereka semakin baik dalam bidang tersebut. Bila kemampuan tersebut terus diasah, tidak mustahil mereka akan menjadi seorang maestro.

5.    Mereka sering mendapat pujian, penghargaan, atau hadiah dalam lomba di bidang tersebut.

6.    Mereka selalu bersemangat dan punya energi besar untuk aktivitas tersebut.

7.    Mereka sering lupa waktu saat melakukan aktivitas tersebut. Ini keseriusan, bukan kelalaian.

8.    Mereka merasa puas bila bisa mengekspresikan seluruh kemampuan di bidang yang dicintainya.

9.    Mereka mudah mempengaruhi orang lain di bidang tersebut. Mereka akan punya banyak pengikut dan fans.

Setelah berhasil mengidentifikasi apa yang menjadi potensi dan keunggulan, mereka diminta untuk menuliskannya. Ini penting agar mereka memahami kecenderungan apa yang ada dalam diri mereka. Setelah menulis, mereka diminta untuk sharing secara berpasangan dan di kelompok apa yang telah dituliskannya. Inilah sesi yang sangat menarik dan antusias. Mereka diajak untuk “keluar” dari cangkang telur yang menyimpan rasa malu dan ragu dalam menulis keunggulan.

Kedua, setelah menyadari potensi dan keunggulan, mereka diajak untuk punya impian besar. Inilah daftar harapan dan doa mereka. Bermimpi besarlah, dan kamu akan menjadi seperti yang kamu impikan. Visimu adalah janji atas apa yang akan kamu wujudkan. Sebenarnya, esensi dari bermimpi besar adalah melakukan apa yang belum pernah dilakukan orang sebelumnya.

Daftar Impian dimulai dari do-be-have (melakukan-menjadi-memiliki) atau be-do-have (menjadi-melakukan-memiliki) dan bukan dimulai dari memiliki (have). Jadi, pikirkan esensi dan substansi dari “menjadi” yang kita inginkan karena bukan itu tujuan kita. Biasakan menuliskan dan menceritakan impian. Mereka akan hidup lebih terarah. Selain itu, mereka akan lebih menghargai sahabat dan orang lain dengan impian dan passion beragam. Dengan berbagi, mereka membuka peluang untuk bersinergi dan kolaborasi.

Ketiga, setelah menuliskan daftar impian, mereka diajak melihat apa saja peluang yang dapat mereka manfaatkan berdasarkan potensi. Dengan begitu, mereka akan memiliki pilihan jalan mana saja yang bisa mereka tekuni sebagai sarana pengabdian. Peluang bisa hadir dari tiga ranah: pendidikan yang mengarahkan, hobi yang menginspirasi, dan pengalaman yang meneguhkan. Dengan diajak melihat ketiga ranah peluang ini, murid dan satri pasti akan tertantang untuk memikirkan apa peluang yang dimilikinya dengan pilihan program studi yang nanti akan dipilihnya selama kuliah, hobi yang ditekuni selama ini, dan pengalamannya selama ini ketika berinteraksi dengan lingkungan terdekatnya, baik di rumah maupun organisasi tempat mereka menempa diri.

Keempat, biasanya, para santri akan sangat bersemangat mendaftarkan berbagai peluang karier dan pengabdiannya kelak berdasarkan pendidikan, hobi, dan pengalamannya. Mereka rasanya ingin meraih semua kesempatan itu dan lupa, bahwa waktu dan energi terbatas. Oleh karena itulah, mereka mesti diajak untuk memusatkan energi mereka pada satu titik agar apa yang mereka inginkan benar-benar diinsyafi. Inilah penentuan fokus. Energi satu titik.

Mereka perlu diasistensi untuk berani untuk memilih dan menetapkan fokus, kemudian melaksanakan pencapaiannya dengan ketekunan dan kekonsistenan yang terbaik. Mengapa? Karena tidak mungkin seseorang dapat sukses secara bersamaan di berbagai bidang, bila sebelumnya tidak menetapkan fokus dan telah sukses mewujudkannya. Orang sukses adalah mereka yang bisa menetapkan fokus dan target hidup yang jelas dan spesifik. Tanpa keduanya, hidup kita ibarat seseorang yang berangkat ke bandara tetapi tidak tahu mau terbang ke mana.

Kelima, menulis peta hidup. Dream list yang telah mereka tulis kemudian ditempatkan di sebuah Peta Hidup agar jelas peta jalan mereka selama insya Allah kesempatan hidup 70 tahun. Dengan demikian, mereka akan memahami bahwa hidup sangat singkat sehingga mereka harus berencana agar waktu yang sudah diamanahkan Allah bermakna dan bermanfaat untuk orang banyak.

Bila hidup dianalogikan sebagai sebuah perjalanan, tentu ini adalah perjalanan yang sangat menarik. Sejatinya, perjalanan ini diliputi teka-teki dan misteri. Namun, optimisme harus tetap dipelihara dalam hati, secemas apa pun kita dengan ancaman “kehabisan waktu”. Semua simbol yang ada pada “manual” manusia bersifat universal dan tidak merujuk pada hidup orang perorang secara khusus. Oleh karena itu, setiap orang mesti membuat blue print (cetak biru) perjalanan hidupnya sendiri-sendiri. Setiap orang mesti membuat rute yang diyakini akan memberinya kebahagiaan. Untuk itu, mereka perlu membuat sebuah peta, sebuah arah. Peta hidup, namanya. Bukankah perjalanan yang baik adalah yang jelas arahnya?

Sinergi dan Kolaborasi

Menemani santri merancang masa depan bukan hanya tanggung jawab sekolah atau pondok, tetapi juga orang tua wali santri. Atau sebaliknya, ini bukan domain domestik orang tua, tetapi juga ranah layanan pondok kepada stakeholder mereka, yakni orang tua dan santri. Jadi, program ini harus menjadi tanggung jawab bersama. Mengapa demikian?

Pertama, tidak ada yang boleh menjadi subordinat dalam relasi sekolah atau pondok dengan orang tua wali santri. Keduanya sejajar. Mitra. Mitra dalam upaya maksimal memberikan the best assistance and environment kepada murid atau santri untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah penciptaannya sebagai manusia. Dengan demikian, maka tanggung jawab menemani santri merancang masa depan bukan monopoli atau sebaliknya menjadi beban salah satu pihak saja, tetapi harus menjadi ruang sinergi dan kolaborasi antara sekolah atau pondok dengan orang tua wali santri.

Apa konsekuensi logisnya? Program ini harus direncanakan dan dieksekusi bersama. Sejak dari perencanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan. Pada bagian perencanaan, forum komunikasi orang tua dan guru aktif membicarakan perihal rencana program ini: kapan, di mana, siapa trainer dan fasilitatornya, termasuk pembiayaannya. Bila sejumlah item ini dapat dibicarakan dan disepakati sejak awal dengan baik, maka rencana workshop itu pun akan lebih mudah terlaksana. Program ini harus menjadi prioritas kedua pihak, karena memang melibatkan banyak unsur dalam sekolah: manajemen sekolah, pengelola gedung, area terbuka, walikelas, guru mata pelajaran, bagian dapur, dan satuan keamanan.

Kedua, worskhop menemani santri merancang masa depan melibatkan para musyrif sebagai fasilitator. Konsep workshop yang team teaching dengan pendekatan high touch dan mentoring, maka peserta dikelompokkan dalam jumlah tertentu. Misalnya, satu kelompok 10 orang. Setiap kelompok didampingi oleh seorang mentor. Nah, sekolah atau pondok memutuskan yang menjadi mentor adalah musyrif yang memang bertugas di angkatan tersebut. Mengapa mereka? Di samping memang menjadi bagian dari tugas dan amanahnya, workshop ini juga menjadi media alternatif yang sangat menarik dan kreatif dalam rangka mempertahankan kedekatan (raport) yang sudah dibangun selama ini. Para musyrif sangat antusias dan senang dilibatkan meskipun sehari sebelumnya mereka harus mengikuti “pembekalan dan pengondisian” materi dan metodologi.

Ketiga, workshop ini adalah program berkelanjutan. Materi dan luaran workshop adalah bahan yang sangat penting dan berharga untuk pembinaan berkesinambungan. Musyrif, walikelas, dan guru BK punya kepentingan langsung dalam hal ini. Betapa tidak. Data dan kertas kerja para santri pada akhir acara dikumpulkan oleh para guru BK dan walikelas. Berkas itu akan menjadi sarana pendampingan yang berkesinambungan atas murid atau santri yang bersangkutan. Semua kertas kerja yang diisi para santri ketika workshop adalah dokumen penting untuk pembinaan terintegrasi antara musyrif, walikelas, dan guru bimbingan konseling. Tentu setelah workshop materi pembicaraan antara musyrif dan walikelas kepada orang tua wali murid menjadi lebih terarah dan konstruktif karena mereka punya data. Alhamdulillah.

Pada akhirnya, workshop menemani santri merancang masa depan telah menjadi annual program di pondok karena dampak dan hasil positifnya sangat terasa. Para santri pun sangat antusias dan gembira ketika diajak untuk berkontemplasi, diskusi, sharing, mendengarkan, mengisi lembar kerja, menyaksikan tayangan, bernyanyi, dan gerak simetris bersama meskipun aktivitas mereka dimulai sejak ba’da Subuh sampai pukul 10 malam. Dengan rangkaian aktivitas tersebut, mereka diharapkan memiliki semangat lebih besar dan keikhlasan lebih baik menghadapi setiap tahapan menamatkan belajar mereka di pondok. Kini, mereka pun akhirnya sangat maklum, bahwa masa depan hanya milik mereka yang siap dan berani.

Wallahu a’lam bi al-shawab.

 

Depok, April 2024

 

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form