Selamat Datang Mahasiswa Indonesia

Selamat Datang Mahasiswa Indonesia! Selamat datang calon intelektual muda. Tidak peduli apakah kamu jebolan putih abu-abu tahun ini atau gap year, yang jelas tahun ajaran ini kamu telah menjadi mahasiswa. Sebentar lagi—setelah masa orientasi selesai—kamu akan merasakan kehidupan yang berbeda dengan ketika kamu masih SMA. Inilah dunia kampus. Dunia yang dirindukan oleh sebagian besar alumni sekolah menengah atas. Sayangnya, banyak di antara mereka tidak seberuntung kamu hari ini. Dengan berbagai alasan, mereka tidak bisa menikmati dinamika kehidupan yang akan mengantarkanmu ke dalam kehidupan yang penuh dinamika dan optimisme.

Selamat datang di dunia kebebasan berekspresi. Untuk sebagian besar mahasiswa, inilah waktunya untuk tidak lagi harus berseragam seperti ketika masih SMA dulu. Ya, kamu tidak lagi harus seragam. Tetapi, ingat, kampus bukan club malam atau tempat dugem. Jadi, meskipun tidak lagi berseragam, berpakaianlah yang sopan dan rapih. Jangan rendahkan dirimu dengan berpakaian seadanya ke kampus dan mengikuti perkuliahan. Jangan pakai kaos oblong dan celana “training” seperti ingin olah raga. Jangan pakai sandal, meskipun sandal itu lebih mahal daripada kendaraan dosenmu. Tidak perlu pakai mobil mewah dan perhiasan berlebihan, karena kampus bukan ruang pamer. Ini tempat belajar, bukan tempat untuk show off kekayaan orang tua.

Jadilah mahasiswa yang sebenar-benarnya mahasiswa. Apa dan siapa itu mahasiswa yang sebenar-benarnya? Apakah ada mahasiswa yang gagal menjadi dirinya sendiri? Apakah ada mahasiswa yang tidak berhasil membuat dirinya pantas disebut mahasiswa? Apakah ada mahasiswa yang akhirnya terjebak pada sedemikian rumitnya pergaulan di dunia kampus? Mari kita diskusi barang sejenak.

Dunia Kampus

Kampus adalah dunia yang serba ada. Bila kamu hanya ingin nongkrong, di kampus banyak temannya; Bila kamu ingin belajar, di kampus banyak sekali yang serius; Bila kamu ingin punya pengalaman berorganisasi, di kampus banyak teman dan wadahnya; Bila kamu hanya ingin menghabiskan masa muda dan uang orang tuamu, di kampus pasti kamu bertemu yang seperti itu. Jadi, pilah dan pilihlah teman terbaikmu dan mari setting ulang niatmu. Jangan jadi mahasiswa yang ikut-ikutan.

Pertama, kamu ingin jadi mahasiswa yang seperti apa? Jadi kupu-kupu atau kura-kura? Bila kamu pilih yang pertama, kamu memang pasti tidak akan capek, banyak waktu luang, dan hemat. Tetapi, kamu tidak akan banyak teman karena network-mu pasti terbatas; Kamu kehilangan kesempatan untuk menempa diri menjadi intelektual muda yang punya pola pikir dan wawasan yang luas; Kamu juga kehilangan kesempatan untuk belajar berorganisasi yang sangat berguna di kehidupan kariermu kelak; Kamu juga kehilangan kesempatan untuk merasakan semaraknya dunia kampus dengan segala dinamikanya; Pada waktunya nanti, kamu tidak akan pernah punya rasa rindu pada kampus seperti yang dirasakan para aktivis mahasiswa; Kamu juga tidak akan punya pengalaman merencanakan kegiatan, menikmati proses eksekusinya, dan mesyukuri keberhasilan bersama; Yang jelas, kamu akan kehilangan kesempatan untuk mengenal lebih jauh dirimu yang sesungguhnya ketika berhadapan dengan berbagai aktivitas, tekanan, kegentingan, atau kecemasan kolektif. Jadi, kupu-kupumu pasti tidak seindah dan segesit kura-kura.

Kedua, bila kamu masuk kuliah tahun ini, maka sesungguhnya kamu angkatan 2028. Patri di alam bawah sadarmu: 2028 saya harus sudah lulus dari sini! Karena kursi yang hari ini saya duduki akan digunakan oleh adik kelas saya! Tantang juga diri dan angkatanmu. Bila kelasmu ada 40 orang, kamu harus bertekad untuk berbaris dan sama-sama bertoga di hari wisuda. Ya, kalian harus bertekad untuk lulus bersama. Syaratnya? Tidak boleh egois dan soliter. Jadilah sosok yang peduli pada diri sendiri dan teman-temanmu. Kalian harus saling mengingatkan, membantu, dan saling menguatkan satu sama lain. Jangan jadikan persaingan untuk mendapatkan nilai tertinggi membuatmu kehilangan empati dan kepedulian. Belum tentu IPK tinggimu dapat menolong dalam semua suasana tetapi dengan kebersamaanlah kamu bisa merasakan suasana kampus yang menyenangkan dan menenangkan. Ini tidak berarti kamu harus kehilangan semangat kompetisi. Kompetisi untuk menjadi yang terbaik harus tetap membara di hati, tetapi itu jangan sampai membuatmu kehilangan kerendahhatian dan keindahan nilai sebuah persahabatan.

Ketiga, silakan angkat tangan, siapa di antara Anda yang hari ini hadir di kelas yang kuliah di sini bayar dengan uangmu sendiri? Siapa di antara kamu yang bayar sendiri uang kuliahnya? Kalau tak seorang pun yang bayar sendiri, itu artinya kamu punya amanah dan tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik kepada mereka yang membiayaimu. Bukan sebagai balas jasa atau transaksional, tetapi lebih karena rasa cinta dan baktimu kepada kedua orang tua yang memang sangat pantas berbalas sebuah pencapaian dan prestasi terbaik darimu. Bukan sekadar untuk membuat mereka bangga, tetapi lebih sebagai pembuktian kepada diri sendiri, bahwa kamu sudah bisa mengatasi berbagai situasi yang melingkupi proses belajarmu dari hari ke hari dalam semua kemungkinan. Bukankan kamu ingin dikenang sebagai pribadi yang tangguh dan tabah atas berbagai tantangan? Bukankah pada saatnya nanti kamu juga ingin punya kenangan terindah yang bisa kamu ceritakan kepada anak-anak dan cucu-cucumu?

Keempat, kampus adalah tempat menyemai dan memanen akhlak dan karakter baik yang telah diajarkan guru-gurumu sejak taman kanak-kanak sampai SMA dan tempat belajar karakter ilmiah agar dapat menjadi sarjana yang bermanfaat. Jangan lupa, kebenaran dan problem solver tidak selalu harus ilmiah, tetapi juga intuitif dari keterlibatan dan pengalaman. Oleh karena itu, jadikanlah kampus tempat terbaik untuk olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Hormat dan rendah hatilah terhadap guru-gurumu di kampus sebagai jalan berkah dan kebaikan karena hanya dengan demikian kamu bisa membuat dirimu lebih bermartabat.  

Kelima, kampus adalah tempat mencari bekal untuk kehidupan transedental yang abadi. Akhlakmu terhadap Tuhan akan semakin membuat hidupmu bermakna, lebih lembut, dan penuh kasih sayang kepada sesama. Perhatikan ibadah dan hubunganmu dengan sesama. Itu artinya kamu harus siap belajar dan mempraktikkan pola komunikasi terbaik, bersinergi, dan berkolaborasi dengan banyak orang. Bukankah kompetensi-kompetensi tersebut yang akan memberimu kesempatan besar di abad XXI ini?

Atur Strategi

Ketika hadir sebagai mahasiswa baru, tentu segala sesuatu di kampus menjadi hal yang menimbulkan rasa ingin tahu. Berbagai kemungkinan pasti ingin dicoba, apalagi ada kesempatan. Untuk itu, supaya tidak terjebak pada kesibukan tak berujung, maka kamu harus punya kesadaran akan waktu dan strategi terbaik yang paling cocok untuk diterapkan.

Pertama, waktu kita terbatas. Jumlah pertemuan satu semester hanya 14 plus 2 pertemuan untuk UTS dan UAS. Jadi, satu semester kamu hanya kuliah empat bulan. Tidak lama. Oleh karena itu, jangan terlena dan buang-buang kesempatan. Tidak ada kesempatan untuk lengah karena waktu yang terbatas itu pastilah sudah full dengan berbagai tugas dan ujian. Pandai-pandailah membagi waktu terutama ketika kamu memang ingin jadi kura-kura yang lincah dan menawan. Jangan selalu mengandalkan privilege sebagai aktivis. Kamu tetap mahasiswa dengan segala kewajibannya. Belajarlah bermain cantik agar dua ranah itu tidak saling menyerang dan menjatuhkan.  

Kedua, perhatikan dengan baik seluruh mata kuliah yang kamu ambil semester ini. Catat semua nama dosennya, buku wajib dan referensinya, sifat mata kuliahnya, dan cari informasi sifat ujiannya. Silakan lengkapi catatanmu tentang informasi ini untuk semua mata kuliah. Mengapa ini penting? Agar kamu punya gambaran seperti apa proses perkuliahan akan berlangsung, apa tuntutan yang harus dipenuhi selama proses kuliah, serta beban tugas individual atau kelompoknya seperti apa yang harus ditunaikan. Semua informasi itu kamu perlukan agar dapat dua tiga langkah ke depan. 

Ketiga, sebaiknya kamu punya daftar impian dan peta hidup agar langkahmu terarah. Tidak terombang-ambing oleh kesibukan dan pergaulan yang tidak ada hubungannya dengan masa depan. Kalau perlu, milikilah hasil asesmen tentang peluang karier setelah kuliah. Dengan demikian alur perjalananmu jadi lebih terang dan jelas. Kalau bisa pertemukan antara bakat dan minatmu, sehingga ketika berkarier nanti kamu benar-benar bisa enjoy, bisa melakukannya dengan mudah (easy), sehingga bisa menjadi excellent di bidangmu dan pada waktunya bisa menghasilkan (earn). Bukan hanya materi, tetapi juga prestasi, penghargaan, dan pencapaian non-materi yang akan membuat hidupmu lebih bermakna untuk banyak orang.

Selamat datang mahasiswa Indonesia! Kamu adalah sedikit dari pemuda Indonesia yang beruntung yang bisa merasakan barang mewah di negeri ini. Apa itu? Pendidikan tinggi. Kamu tahu, ratusan ribu anak Indonesia seusiamu barangkali hari ini harus berkutat dengan kemiskinan struktural sehingga mereka terus terjebak di kebodohan struktural. Barangkali hari ini mereka harus bekerja sebagai tulang punggung keluarganya. Oleh karena itu, ungkapan atas rasa syukur itu adalah dengan belajar dengan penuh kesungguhan.

Negeri ini pada saatnya nanti akan membutuhkan ilmu dan pengabdianmu. Ingatlah 10, 15, 20, atau 25 tahun yang akan datang generasimulah yang akan memegang tongkat estafet kepemimpinan  negeri ini di bidangmu masing-masing. Untuk itu, perteballah rasa nasionalismemu dengan banyak terlibat pada perjuangan untuk membantu mereka yang tidak seberuntung dirimu. Berjuanglah untuk menjadi pribadi yang tidak hanya membanggakan diri dan keluarga, tetapi juga bermakna untuk lingkungan dan bangsa. Jangan nyaman di menara gading, turunlah ke masyarakat dan raih tangan adik-adik dan saudaramu yang takdirnya tak seindah takdirmu.

Sekarang matahari semakin tinggi.

Lalu akan bertahta juga di puncak kepala.

Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya:

Kita ini dididik untuk memihak yang mana?

Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini

akan menjadi alat pembebasan,

ataukah alat penindasan?

(Rendra, 1977)

 

Wallahu a'lam bishawab

Depok, Agustus 2024


Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form