Aula Khadijah pecah. Santri Akhwat
kelas 11 (Vexalostra, 115 orang) dan kelas 12 (Tazviora, 105 orang) berteriak
berbarengan ketika permainan mencari sahabat dimulai. Mereka bergerak, berlompatan,
dan berlari-lari kecil ke sana ke mari mencari teman yang kategorinya cocok
dengan sejumlah ciri yang tertulis di 25 kotak untuk dimintai nama dan tanda
tangannya. Mereka berpelukan dan berjingkrak-jingkrak kegirangan ketika
menemukan sahabat yang tepat.
Sehari sebelumnya, 17 Juli 2024, kelas 11 putra (Graviesca, 123 orang) juga mendapatkan kesempatan yang sama. Mereka tidak bersama kelas 12 karena Veintagros (110 orang) sudah mendapatkan kesempatan berlatih setahun yang lalu. Tetapi, energi Graviesca juga sangat total ketika berlatih. Keren abis!
Empat angkatan—Vexalostra, Tazviora,
Graviesca, dan Veintagros—SMAIT As-Syifa Wanareja mengikuti program Reorientasi
(15-21 Juli 2024). Program tersebut dimaksudkan untuk memperkuat karakter
disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab sebagai ciri khas generasi visioner. Dengan
demikian, ketika pekan lalu adik-adik mereka mengikuti Fantastic (Masa Orientasi
Siswa Baru), maka mereka juga mendapatkan program energizer sebelum mulai
belajar di kelas yang baru.
Titik berangkat dan tujuan kita adalah
pembentukan dan penguatan karakter. Ini sangat menarik karena kita semua pasti sepakat,
bahwa mereka diantar ke pondok oleh para orang tua mereka juga karena alasan
itu. Di tengah zaman yang kian gencar menawarkan cara dan pola hidup di luar
itu, maka menjadi pribadi berkarakter tentu menjadi salah satu tantangan
tersendiri. Mari kita diskusi serba sedikit tentang karakter dan peta hidup.
Selalu ada semangat berbicara soal
karakter. Bukan hanya karena hal itu berkaitan langsung dengan cara bagaimana
kita hidup, tetapi lebih kepada apa yang mampu kita kerjakan maksimal sebagai
pribadi yang utuh dalam satuan waktu terbatas. Janji keterbatasan itulah yang
sejujurnya mendorong banyak orang untuk belajar dan mempraktikkan karakter yang
benar. Namun, fitrah penciptaan kita sebagai manusia yang cenderung kepada
kebaikan, keseimbangan, dan keluhuran hidup dan kehidupan nampaknya lebih
mengemuka sebagai dorongan berkarakter.
Naluri kemanusiaan yang cenderung
kepada kebaikan telah memberikan kekuatan kepada setiap orang untuk selalu
meningkatkan nilai kepada setiap detik dari 86.400 detik masa hidup sehari.
Tawarannya adalah apakah kita rela mengabaikan kesempatan hidup di dunia yang
hanya sekali, tidak bergaransi, dan tidak akan kembali ini? Apakah makna hidup
kita hanya sebatas apa yang bisa kita lakukan sekadarnya? Apakah kita tidak
ingin dikenang sebagai pribadi yang sangat menghargai anugerah hidup dan telah
berusaha dengan semaksimal mungkin menggenapkan seluruh potensi yang telah
Allah berikan? Tentu, siapa pun kita ada keinginan sukses sebagai khalifah
Allah di bumi.
Hidup adalah
Perjalanan
Hidup adalah perjalanan.
Perjalanan yang baik adalah perjalanan yang punya tujuan jelas dan tegas.
Perjalanan tanpa tujuan hanya akan menghabiskan waktu, tenaga, dan dana. Dengan
kata lain, perjalanan tanpa tujuan jelas adalah kesia-siaan. Padahal Allah telah
mengingatkan kita bahwa semua manusia akan merugi kecuali mereka yang beriman,
beramal soleh, saling ingat mengingatkan dalam hal kebenaran dan kesabaran (QS. Al Ashr [103]:1-3).
Oleh karena itu, untuk memberi
ruang kepada kebutuhan perencanaan mendasar pemanfaatan kesempatan hidup dan
agar kita tidak “tersesat di jalan yang benar”, maka ada baiknya kita membuat grand design hidup kita. Grand design itulah yang pada bagian
berikut kita sebut Peta Hidup. Peta ini akan memberikan kesempatan kepada kita
untuk menuliskan masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang dalam sebuah
lembar kertas. Akan terlihat jelas, betapa ketiga fase itu bukanlah sesuatu
yang terpisah. Apa yang kita alami sekarang adalah apa yang kita tanam di masa
lalu. Demikian pula apa yang akan kita dapatkan di masa depan akan sangat
bergantung kepada apa yang kita lakukan hari ini.
Hidup yang sangat berharga ini
harus berakhir husnul khatimah. Kita
harus sukses sesuai dengan fitrah penciptaan kita sebagai manusia. Untuk itu,
mari kita buat Peta Hidup kita. Dengan begitu, kita memiliki bahan yang cukup
untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Kita pun akan pulang dengan
senyum karena telah maksimal dalam berkarya selama hidup di dunia.
Karakter dalam
Peta Hidup
Peta Hidup menjadi salah satu materi
pelatihan yang selalu dinantikan. Mengapa demikian? Karena dengan Peta Hidup
seseorang dapat melihat, mencermati, dan merencanakan perjalanan hidupnya
secara komprehensif dan holistik. Sejumlah aspek penting seperti spiritual,
intelligence, emotional, dan adversity quotient dalam
kehidupan seseorang akan terpapar utuh dan menjadi dasar yang kuat dalam
penyusunannya.
Selanjutnya mari kita bedah Peta
Hidup ini dengan pisau karakter bangsa yang diperkenalkan oleh Kemendikbud. Ini
bukan analisis mendalam tetapi merupakan upaya menghubungkan sejumlah nilai
yang ada dalam Peta Hidup dengan sejumlah karakter yang perlu dibentuk di sekolah.
Pertama,
religius. Karakter ini terasa kuat karena dalam penyusunan Peta Hidup.
Seseorang diajak memiliki tingkat apresiasi tertinggi terhadap anugerah Allah
berupa hidup dan kehidupan. Dia akan terbiasa melihat bahwa rentang waktu dalam
perjalanan hidup adalah sebuah rangkaian ibadah kepada Allah SWT. Itu mutlak. Dengan demikian
sejumlah aspek penting dalam kehidupan menjadi sebuah keniscayaan untuk
dikembangkan.
Kedua, jujur. Siapa di antara kita yang
mencoba tidak jujur terhadap masa lalu? Barangkali saja ada. Tetapi, ketika
ditantang untuk menulis Peta Hidup, nampaknya hati nurani akan terusik bila
niat itu masih tetap dipertahankan. Jujur dalam menyikapi apa yang pernah hadir
dalam hidup kita nampaknya sangat penting. Demikian pula, jujur untuk mengakui
apa yang menjadi potensi besar kita juga sangat penting, karena dengan itulah
rencana hidup kita akan lebih terarah.
Ketiga, disiplin dan mandiri. Peta Hidup
mengajak orang untuk disiplin. Betapa tidak! Dengan sejumlah pencapaian yang
ingin diraihnya, seseorang akan dengan sendirinya berupaya mendisiplinkan
dirinya. Seorang santri yang begitu kuat keinginannya untuk menjadi duta besar di
Jepang dengan sendirinya akan kursus bahasa Jepang tanpa disuruh. Ia akan
disiplin menjaga stamina kesabarannya dalam belajar.
Keempat, kerja keras. Untuk meraih sesuatu
yang sudah kita rencanakan, tentu tidak mungkin dengan berpangku tangan atau
upaya setengah hati. Kerja keras, cerdas, dan tuntas mesti menjadi bagian tak
terpisahkan dalam proses kita mencapai cita-cita.
Kelima, kreatif. Dalam pembuatan Peta
Hidup, kita dapat mengembangkan daya kreativitas kita. Peta Hidup harus menarik
karena akan terus menemani hari-hari kita menggenapkan setiap pencapaian. Oleh
karena itu, sejumlah cara kreatif dalam membuat Peta Hidup akan memberikan
kesan menyenangkan dan memberi semangat.
Keenam, rasa ingin tahu. Rasa ini
sewajarnya muncul ketika kita merencanakan untuk hadir di suatu tempat yang
belum pernah kita kunjungi. Rasa itulah yang pada gilirannya menjadi daya tarik
dan motivasi kita untuk memiliki pengalaman berlibur, belajar, atau bekerja di
sana. Demikian pula dengan munculnya semangat eksplorasi untuk lebih memahami
satu hal yang memang menjadi minat kita.
Ketujuh, menghargai prestasi. Peta Hidup
memberi ruang kepada kita untuk terbiasa berpikir bahwa hidup ada dalam bingkai
waktu yang terbatas. Semua akan berakhir bila memang sudah saatnya. Untuk itu,
tidak ada tawaran lain kecuali harus mampu mengisinya dengan segenap hal yang
bermanfaat saja untuk kemanusiaan. Hidup terlalu singkat untuk berbuat baik dan
terlalu berharga untuk disia-siakan. Oleh karena itu, kita harus bertekad,
untuk memiliki karya yang usianya lebih panjang daripada usia biologis kita sebagai
manusia.
Kedelapan, tanggung jawab. Tanggung jawab terbesar dan terpenting kita
adalah tanggung jawab terhadap kesempatan hidup yang telah diberikan
Allah. Dengan demikian, Peta Hidup
mengajak kita untuk kembali menyadari
bahwa pada titik-titik tertentu, membicarakan masa depan adalah sebuah
pembicaraan tentang realitas. Kita bisa melihat dengan jelas setiap milestone
yang menjadi tonggak di mana kita harus mengambil tanggung jawab sebagai sebuah
panggilan. Kesempatan “melakukan” dan berkarya ternyata harus jauh lebih kuat
daripada dorongan untuk “menjadi”.
Langkah
Implementatif
Peta Hidup adalah sebuah tool
untuk sebuah perencanaan komprehensif tentang ke mana nikmat hidup akan kita
arahkan dan apa saja yang akan kita wujudkan dalam nikmat waktu yang telah Allah
amanahkan. Mengapa Peta Hidup sangat efektif diberikan pada saat santri setingkat
SMA dan mahasiswa? Karena mereka sedang banyak menghabiskan waktu untuk mengeksplore
hidup dengan segala kemungkinannya. Persiapan mereka memasuki masa dewasa awal akan
menjadi lebih baik dan terarah bila telah punya peta navigasi perjalanan hidup.
Hidup terlalu singkat dan berharga kalau kalau hanya pakai rumus trial and
error, gimana besok aja, atau mengalir saja seperti air. Kesempatan hidup
di dunia yang hanya sekali ini harus hasanah agar kita bisa meraih hasanah
juga di akhirat. Pasti Anda setuju.
Oleh karena itu, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia (IC) Serpong sejak 2006 memasukkan materi mengisi Peta Hidup di kelas 11 semester 1 (dua tahun terakhir diberikan pada kelas 12 semester genap) pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak materi Orientasi Masa Depan (futuristik). Para murid MAN Insan Cendekia menempatkan Peta Hidup sebagai sesuatu yang sangat penting dan menarik. Bila pada angkatan awal diterapkannya materi ini mereka masih mempergunakan lembaran kertas yang mereka tulis dan gambar dengan sangat menarik dan impresif, maka sekarang mereka telah memodifikasinya sebagai sebuah program. Sangat kreatif. Intinya sama: perencanaan komprehensif sampai prediksi kesempatan hidup sampai 70 tahun. Blue print inilah yang menjadi pegangan para murid MAN Insan Cendekia melanjutkan petualangan akademis dan hidup mereka menuju destinasi yang telah mereka rancang sejak usia belia.
Langkah ini secara sistemik kemudian
diikuti oleh sejumlah sekolah dan pondok lain. Mereka memilih pola workshop
untuk mengantarkan pemahaman atas pentingnya Peta Hidup, seperti yang dilakukan
oleh SMAIT As-Syifa Boarding School Wanareja. Mereka mengenalkan Peta Hidup
sebagai materi puncak sebuah workshop satu hari penuh. Pembekalan ini sangat
menarik dan komprehensif karena para santri diasistensi dari titik berangkat:
mengaudit potensi, membuat daftar impian, melihat peluang berdasarkan potensi
dan wilayah, menetapkan fokus, menetapkan rencana, menerapkan prinsip proses,
dan muaranya mereka menulis Peta Hidup. Dengan demikian, mereka menuliskannya
dengan segenap kesadaran yang terbangun dengan apik dan tertib. Peta Hidup menjadi
media konprehensif untuk menuliskan segenap impian dan peluang hebat mereka. Dengan
demikian, kehadiran Peta Hidup menjadi niscaya sebagai konsekuensi sebuah alur
pelatihan yang logis dan mendasar.
Baca juga: Menemani Santri Merancang Masa Depan
"Peta Hidupnya sumpah, seru banget! Aku jadi mikirin jauh ke depan," tulis Tanisha Freya (XII IPA 1).
"Peta Hidupnya keren dan bagus banget. Nanti pas telpon, aku bakal ceritain ke ayah sama ibu," kata Naswa Larissa Baiduri (kelas XI)
"Walaupun capek, tapi aku jadi belajar banyak hal. Minta doanya, ya, supaya aku bisa jadi komikus dan kerja di Mappa (Mappa Co., Ltd., Japanese animation studio)," tulis Nadya Shofa S (sejak TK di As-Syifa dan mau kuliah di jurusan Animasi ITB).
Peta Hidup adalah tool yang bergerak di wilayah mental. Namun, dengan tool ini memungkin orang untuk memiliki energi luar biasa mewujudkan apa yang telah dituliskannya. Upaya sadar ini adalah pilihan menarik. Seseorang diajak aktif berdialog dengan dirinya sendiri untuk sejumlah pencapaian penting dalam hidup. Nah, hal inilah tentunya yang dirasakan oleh para siswa MAN Insan Cendekia dan As-Syifa Wanareja. Mereka merasa tertantang oleh diri mereka sendiri bahwa apa yang telah mereka tulis sebagai bagian penting dalam Peta Hidup mereka adalah sesuatu yang mungkin dapat mereka wujudkan.
Pada akhirnya, inilah sebuah catatan
dan pengantar diskusi. Dari titik inilah kita akan memulai sebuah pembicaraan
sangat menarik tentang dunia ide, karakter, dan upaya sadar seseorang
menggenapkan sejumlah abstraksi masa depannya. Bila sejak belia anak didik kita
diasistensi dan diberikan ruang seperti ini, tentunya sejak awal pula mereka
kita siapkan untuk menjadi manusia yang penuh tanggung jawab terhadap diri dan
kehidupannya kelak. Bukankah sangat menarik bila upaya menanamkan sejumlah
karakter kita lakukan melalui aktivitas yang menantang dan menyenangkan?
Wallahu
a'lam bishawab
Depok, Juli 2024
MasyaAllah, setelah ank2 mendapat dan membuat hidup, apa yg harus orang tua lakukan untuk support ank² terkait peta hidup ini?
ReplyDeleteSejatinya, ayah bunda harus memiliki data bakat dan minat ananda untuk disesuaikan dengan penuh kesadaran dengan keinginan orang tua. Data itu dapat diperoleh lewat assesmen. Setelah itu, dampingi ananda agar seluruh aktivitasnya mendekatkannya dengan cita-citanya berdasarkan hasil diskusi dan kesepakatan antara ayah, bunda, dan ananda. Semoga berterima. Jazakillah khairan katsira, Bunda...
Delete